filter: alpha(opacity=100); -moz-opacity: 1.0; opacity: 0.6; -khtml-opacity: 0.0; #outer-wrapper{ width:980px; margin:0 auto; padding:5px; background:#f2f2f2; filter: alpha(opacity=100); -moz-opacity: 1.0; opacity: 0.6; -khtml-opacity: 0.0; border:1px solid $bordercolor; text-align:$startSide; font:$bodyfont } #outer-wrapper{ width:980px; margin:0 auto; padding:5px; background:#f2f2f2; filter: alpha(opacity=100); -moz-opacity: 1.0; opacity: 0.6; -khtml-opacity: 0.0; border:1px solid $bordercolor; text-align:$startSide; font:$bodyfont }

Jumat, 17 Mei 2013

APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SLTP N I KEFAMENANU



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan prassyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia tersebut adalah pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi Sumber Daya Manusia melalui kegiatan pengajaran. UU system Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa (UU Sisdiknas : 2003)

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan anak terhadap materi yang diterima (Slameto, 1993:17)
Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, dan tingkat intelegensi sedangkan faktor-faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran dan lingkungan. Salah satu factor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar motivasi keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang manimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 2006: 75) Motivasi mempunyai peran penting dalam proses belajar mengajar baik bagi siswa maupun bagi guru. Bagi guru, mengetahui motivasi belajar siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal) yangdapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah metode pembelajaran.Selain siswa, unsur terpenting yang ada didalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar memberikan ilmu pengetahuan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas yang nantinya diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam kelas perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran (Slameto, 2003: 96)
Ilmu biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya terhadap penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. IPA juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Ilmu biologi lebih menekankan kegiatan belajar mengajar, mengembangkan konsep dan keterampilan proses siswa dengan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan (Anonimus, 1995).
Dalam Pembelajaran IPA, khususnya biologi sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional karena pelajaran biologi lebih menekankan pada keterampilan proses. Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah siswa dan guru. Selain mengusai materi seorang guru dituntut untuk mengusai strategi-strategi penyampaian materi dan menciptakan suasana kelas yang nyaman sehingga tidak mempengaruhi respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar.
Guru biologi di SLTPN I Kefamenanu selalu merasa tidak puas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hambatan yang ditemui antara lain adalah kelas selalu pasif, motivasi belajar siswa sangat rendah, dan sangat sulit untuk menimbulkan interaksi baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, sehingga proses pembelajaran selalu didominasi oleh guru.
Berdasarkan kenyataan yang ada maka guru biologi SLTPN I Kefamenanu mengadakan tindakan kelas untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang memungkin siswa terlibat secara aktif, sehingga motivasi dan aktifitas siswa akan meningkat. Model pembelajaran Kooperatif adalah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan dari model pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan struktural, pada pendekatan ini memberikan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Diharapkan siswa bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih pada penghargaan Kooperatif dan penghargaan individu. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Kangen (1993), yang terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think –pair Share (TPS) dan Numbered-Head Together (NHT). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan TPS.
Menurut Ibrahim (2000), TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit, untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling berinteraksi satu sama lain. TPS adalah sebagai ganti Tanya-Jawab seluruh kelas. Dalam pelaksanaan di kelas TPS terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Thinking
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa di minta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat.
2.      Pairing
Guru meminta kepada pasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah diperkirakannya, di sini pasangan akan memberi berbagai jawaban dan berbagai ide jika persoalan khusus telah didentifikasi.
3.      Sharing
Guru meminta kepada pasangannya untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang hal yang telah mereka bicarakan, dilakukan bergiliran pasangan sampai lebih kurang seperempat pasangan yang ada di kelas agar mendapatkan kesempatan untuk melaporkan hasilnya.

Atas dasar pemikiaran diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SLTP N I Kefamenanu”

1.2    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural untuk Meningkatkan Prestasi Belajar biologi Siswa Kelas VIII SLTP N I Kefamenanu?
1.2.2        Bagaimana motivasi belajar biologi siswa kelas VIII SLTP N I Kefamenanu?

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1        Untuk mengetahui bagaimana Aplikasi Model Pembelajaran  Kooperatif dengan Pendekatan Struktural untuk Meningkatkan Prestasi Belajar biologi Siswa Kelas VIII SLTP N I Kefamenanu”
1.3.2        Untuk mengetahui motivasi belajar biologi siswa kelas VIII SLTP N I Kefamenanu.

1.4        Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1  Manfaat teoritis
a.       Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang diteliti.
b.      Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang diterima di bangku kuliah.
1.4.2  Manfaat praktis
a.       Bagi sekolah, sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik.
b.      Bagi guru sebagai masukan untuk dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat membangkitkan motivasi   belajar biologi siswa.
c.       Bagi siswa, dapat menumbuhkan motivasi belajar yang positif terhadap mata pelajaran biologi.
d.      Bagi orang tua, untuk menambah kesadaran sehingga dapat memberikan dukungan dan motivasi terhadap pendidikan anak.











BAB II
LANDASAN TEORI

2.1   Hakekat Belajar dan Pengajaran
Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, mengingat, dan lain sebagainya.  Pandangan teori Kontruktivisme menyatakan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Sedangkan guru bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. 
Menurut Winkel dalam  Darsono (2000:3) menerangkan bahwa “belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Gagne (1977:3) dalam Chatarina (2006: 35) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan kecakapan atau disposisi pembelajar yang berlangsung dalam periode tertentu, dan tidak dapat dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Sudjana (1998: 5) menyatakan defenisi belajar adalah proses yang disadari dengan perubahan diri seseorang sebagai hasil proses dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku disebabkan adanya interaksi.
Berdasarkan pengertian yang telah kemukakan para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian belajar secara umum mempunyai ciri–ciri perbuatan yang menghasilkan perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia yang diperoleh dari proses mengasimilasi dan menghubungkan sesuatu yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya tersebut dikembangkan.
Pengertian pengajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku, maka pengertian pengajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2004:4). Kemudian dikatakan bahwa pengajaran mempunyai tujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.


2.2.            Pandangan Teori Belajar
2.2.1        Teori Belajar Kognitif
            Ahli–ahli yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Sehingga pada intinya, belajar merupakan pemfungsian unsur-unsur kognitif terutama pikiran untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktifitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan (Procesing) informasi.
2.2.2        Teori Belajar Behavioristik
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, yang berwujud perilaku yang tampak (Overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (inert behavior). Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran Behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan tingkah laku) itu disebabkan karena kemampuan internal manusia (insight), untuk itu agar aktifitas belajar siswa dikelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulasi dirancang sedemikian  rupa  sehingga  mudah direspon  oleh siswa.



2.3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
2.3.1    Perhatian dan Motivasi
         Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian pada pelajaran akan timbul pada siswa apabila pelajaran yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal yaitu datang dari orang lain, guru, orang tua, teman, dan sebagainya. 
2.3.2    Keaktifan Siswa
         Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa harus aktif tidak boleh pasif. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makluk yang aktif. Sehingga belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
2.3.3    Keterlibatan Langsung atau Pengalaman
         Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung, ia harus menghayati terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan fisik saja, tetapi juga keterlibatan mental emosional, kegiatan kognitif dan dalam pembentukan sikap, nilai dan keterampilan.
2.3.4    Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan adanya pengulangan di kemukakan oleh teori psiklogi daya, menurut teori ini belajar adalah melatih daya pikir, mengamati, menaggapi, dan sebagainya.
2.3.5    Tantangan
Dalam belajar siswa memiliki tujuan yang harus dicapai, tetapi selalu ada hambatan yaitu bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah yang menantang.
2.3.6    Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar tentang balikan dan penguatan ditentukan oleh teori belajar Operant Conditioning dari Skiner. Siswa  akan semangat  belajar apabila mengetahui  dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baikan akan menjadi balikkan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Begitu juga dengan penguatan yang menyenangkan, maupun tidak menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.
2.3.7    Perbedaan Individual
            Siswa merupakan individu yang unik artinya setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran (Dimyati, 1999:42-49).

2.4.      Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan–tujuan belajar melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. 
Hasil belajar di bagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu (a) Keterampilan dan kebiasaan (b) Pengetahuan dan pengertian (c) Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan  yang ada pada kurikulum  sekolah (Sudjana 2004:22).

2.5.            Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi  Hasil Belajar Siswa
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
2.5.1        Faktor Internal (dari alam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan dari dalam invidu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu Motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain sebagainya.
2.5.2        Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajar adalah perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapat pengetahuan, pemahaman konsep, dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang digapai siswa (Sudjana, 1989:11).

2.6.      Model Pengajaran
Model pengajaran adalah suatu bentuk pengajaran yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model pengajaran diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam kegiatan belajar mengajar jika tidak mengusai salah satu model pengajaran yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli psikolog dan ahli pendidikan (Djamarah, 1991:72).
Oleh karena itu peranan model pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan model ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.
Menurut Wirnarno dalam Djamarah (1991:72) mengemukkan 5 macam faktor yang mempengaruhi penggunaan model pengajaran adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
2.      Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan.
3.      Situasi yang berbagai keadaan.
4.      Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5.      Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pengerak atau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih banyak aktif dari pada guru. Oleh karena itu model pengajaran yang baik adalah model yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.

2.7          Pengajaran Kooperatif
Pengajaran Kooperatif sebagai salah satu strategi belajar. Mengajar adalah suatu cara dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi kedalam beberapa kelompok.
Pengajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pendekatan pengajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Tujuan penting dalam pengajaran Kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama (Nurhadi, 2004:112).
Pengajaran ini sangat bermanfaat bagi siswa yang heterogen, dengan menunjukan interaksi dalam kelompok. Model ini dapat membuat siswa lain yang memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pengajaran Kooperatif antara lain sebagai berikut:
1.      Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa siswa adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
2.      Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi siswa merupakan masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya suatu kelompok itu sendiri menjadi tanggung jawab bersama.
3.      Untuk mencapai hasil yang maksimal, siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut harus berbicara satu sama yang lain dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1        Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SLTP N I Kefamenanu, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Dari bulan November-Desember 2009.

3.2        Alat dan Bahan
3.2.1        Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Alat tulis
Untuk menulis data penelitian
2.      Kalkulator
Untuk menghitung skor yang diperoleh siswa
3.2.2        Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada saat penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Perangkat mengajar
Sebagai panduan untuk membahas materi pembelajaran yang dibimbing oleh peneliti.
2.      Soal-Soal Tes
Sebagai bahan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian.
3.3        Populasi dan Sampel
3.3.1        Populasi
Menurut Hadi (1983:70) populasi adalah “semua individu untuk siapa kenyataan–kenyataan dari sampel itu hendak digeneralisasikan”. Selain itu Furchan (1982:189) menambahkan bahwa populasi adalah “semua anggota sekelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas”. Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua anggota sekelompok orang atau objek yang dijadikan sebagai sasaran dalam suatu penelitian. Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa atau peserta didik SLTP N I Kefamenanu yang berjumlah 760 siswa.  
3.3.2        Sampel
Menurut Hardi (1983:70) Sampel adalah “sebagian individu yang diselidiki”. Selain itu Furchan (1982:189) menambahkan bahwa sampel adalah “Kelompok kecil yang diamati”. Dari pengertian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang akan diseliki di dalam satu penelitian. Dan sampel yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu :
1.      Sampel kelas, dengan menggunakan teknik porposif sampling, maka ditemukan pada kelas VIII sebagai sampel kelas.
2.      Sampel siswa, dalam sampel itu juga menggunakan teknik porposif sampling dengan menentukan kelas VIII c sebagai sampel siswa yang jumlah 34 siswa. 

3.4        Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dan tes. Langkah-langkah kerjanya adalah sebagai berikut :
3.4.1.      Melakukan observasi ke SLTPN I Kefamenanu.
3.4.2.      Mengadakan tes pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dengan tujuan untuk mengetahui tingkatan pemahaman siswa.
3.4.3.      Dari hasil tersebut diberikan skor sesuai dengan jawabannya, setelah direkapitulasikan mulai dari yang mempunyai skor yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Kemudian di bagi dalam empat (4) kelompok berdasarkan rentangan skor sebagai berikut :
a.       0-50     (kelompok I)
b.      51-70   (kelompok II)
c.       71-90   (kelompok III)
d.      91-100 (kelomok IV)
3.4.4.      Dari keempat kelompok diatas akan dibagi kedalam kelompok kelompok kecil yang beranggotakan 8 orang  yang terdiri kelompok I, II, III dan IV dan dipilih secara heterogen dengan perbandingan yang sama. Kelompok ini di sebut sebagai kelompok asal. 
3.4.5.      Setelah di bentuk kelompok asal, masing-masing kelompok asal mengutus seseorang untuk masuk kedalam kelompok ahli. Jadi kelompok ahli terdiri dari utusan–utusan dari kelompok asal.
3.4.6.      Materi pelajaran didiskusikan oleh kelompok ahli dan untuk membahas materi tersebut mereka dibimbing oleh peneliti dan pengasuh mata pelajaran. Setelah pembahasan selesai setiap anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asalnya msing-masing. Dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah dibahas dalam kelompok ahli.
3.4.7.      Setelah selesai diskusi pada tiap siklus akan diberikan tes pada siswa secara kelompok, dimana akan dibagi dalam 3 siklus.
Berikut ini akan dijelaskan tahapan-tahapan pada setiap siklus
a.       Pertemuan / perencanaan, yaitu membuat jadwal penelitian, membuat perangkat pembelajaran, membuat soal-soal tes.
b.      Siklus-siklus penelitian
1.    Siklus I
Pada siklus pertama ini akan belangsung selama 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)    Perencanaan / Planning
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan di kelas adalah menginformasikan kepada siswa tentang tujuan penelitian dan konsep-konsep yang akan mereka pelajari serta membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang telah dipilih secara heterogen sesuai dengan rentangan skor yang telah diperoleh dari hasil tes awal dan kelompok terdebut dinamakan kelompok asal , setelah itu setiap kelompok asal mengutus seseorang untuk masuk kedalam kelompok ahli.
b)    Pelaksanaan tindakan terdiri dari :
Ø Pendahuluan, yaitu memberikan motivasi kepada siswa
Ø Kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran dimana siswa yang masuk dalam kelompok ahli akan dibimbing oleh peneliti untuk membahas materi-materi yang telah diberikan dan pendekatan yang digunakan adalan pendekatan struktural atau TPS.
Ø Kegiatan penutup yaitu setelah diskusi siswa yang masuk dalam kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal masing-masing dan mengajarkan apa yang telah diperoleh dalam kelompok ahli tadi setelah itu guru dan siswa memberikan kesimpulan dan evaluasi.

c)    Observasi
Observasi dilaksanakan setiap pelaksanaan tindakan oleh peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah didiskusikan.
Hal-hal yang diobservasi antara lain :
Ø Perangkat pembelajaran
Ø Pelaksanaan pembelajaran
Ø Dampak dari pelaksanaan tindakan terhadap prestasi belajar siswa
d)   Tahap refleksi
Dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan tindakan untuk melihat apakah pelaksanaan tersebut telah sesuai dengan prosedurnya dan untuk merencanakan siklus berikutnya.
2.    Siklus II
Setelah melaksanakan analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus I, maka pelaksanaan tindakan kelas siklus II berpedoman pada hasil refleksi pada siklus I. Pedoman pelaksanaan yang ditempuh pada siklus II, taha-tahapnya sama dengan siklus I.
3.    Siklus II
Pelaksanaan siklus III didasarkan atas hasil analisis dan evaluasi dari evaluasi siklus II sedangkan langkah-langkah pelaksanaan sama dengan siklus I dan II.
3.4.8.      Pada akhir pembelajaran akan diberikan tes kepada siswa secara individu.

3.5        Strategi Analisis Data
Strategi analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkah analisis data sebagai berikut :
3.5.1        Data hasil PTK meliputi:
a.    Merekapitulasi data dari hasil PTK.
b.      Mereduksi data.
c.       Menyajikan data sedemikian hingga agar data memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
d.      Menarik kesimpulan.
e.       Berdasarkan penyajian data tersebut selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif dan pendekatan struktural demi meningkatkan hasil belajar siswa.
3.5.2        Data dari hasil tes  meliputi :
a.       Data hasil tes tiap siklus dianalisis untuk mengetahui  presentase siswa dalam kelompok, untuk menghitung presentase  tiap kelompok  digunakan rumus :

 x 100 %    (Anas, 20006)

Keterangan :
Pk     = Tingkatan presentase pada kelompok tersebut
Na    = Jumlah nilai pada kelompok tersebut
Jk     = Jumlah anggota pada kelompok tersebut.

Sedangkan untuk menghitung rata-rata nilai kelompok digunakan rumus sebagai berikut :

X  =     (Syarariddin, 2004)
Keterangan :
X      = Rata-rata nilai kelompok
= Jumlah skor kelompok
ni      = Jumlah anggota pada kelompok tersebut

Disamping itu untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar, maka data hasil tes yang diberikan kepada siswa secara individu dianalisah untuk mengetahui daya serap siswa dengan menggunakan rumus (Udin: 1993) :
 =  x 100%



Keterangan
N  =  Ketuntasan belajar individu
A  =  Skor yang diperoleh perorangan
B  =  Total skor / skor maksimum

Untuk mengetahui ketuntasan belajar biologi digunakan rumus (Purwanto: 1994) :

b.      Setelah data tersebut dianalisis, langkah selanjutnya adalah menyajikan data tersebut sedemikian hingga dapat memberikan adanya kesimpulan.
Menarik kesimpulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar